LOST IN BALI - DAY 1 (2): Jalan Jalan Malam


Hujan turun dengan konstan dan awet di sore hari, Rencana hari ini menghabiskan malam dengan menikmati kehidupan malam di daerah Legian dan Kuta, juga mencari kuliner masakan Jawa untuk makan malam nanti. Daripada menunggu teman kami belajar berselancar yang belum datang, kami pun segera mandi dan menyiapkan diri untuk berjalan-jalan malam menikmati gemerlapnya Legian. Di saat mandi saya menyempatkan diri lagi untuk mencoba buang air besar, takutnya disana waktu jalan-jalan ga ada toilet umum.
Ya sudah saya mencoba sekuat tenaga ngeden di WC, selama 15 menit usaha saya sia-sia tanpa ada yang keluar satu pun. Wah, iki yang saya takutkan kalo keluar disaat yang kurang tepat. Memang saya tidak berasa untuk buang air, tapi alangkah baiknya bisa dibuang atau dikurangi kapasitas isi perut ini agar nanti waktu makan bisa seimbang antara pemasukan dengan pengeluaran. Saya hanya bisa pasrah dan strategi saya ya kalo waktu makan harus jaga porsi makan agar tidak kebanyakan masuk di perut. Di saat hujan masih turun teman kami Rio, Kopong, Endik, Faiz, Broma, dan Hangga datang dengan wajah sumringah, wah kayanya mereka udah bisa bermain selancar, dan ternyata benar mereka telah bisa berdiri diatas papan masing-masing setelah mereka bercerita dengan kami di penginapan walaupun hanya sebentar saja berdiri di atas papan selancar. Mereka pun segera mandi dan bersiap-siap untuk perjalanan pertama kami di Bali.

Setelah menunggu dan menunggu, akhirnya semua siap untuk berjalan-jalan. Alhamdulillah hujan sudah reda dan langit terlihat bintang-bintang, artinya cuaca cerah malam ini. Tidak jauh berbeda saat siang hari di jalan poppies pada waktu malam hari, toko dan café buka untuk pelanggan domestik dan mancanegara, hanya saja banyak toko yang menjual Magic Mashroom saat malam hari. Kami pun sampai di monumen Bom Bali I, niatnya kami mau foto-foto di sana tetapi ramai sekali pengunjung yang juga berfoto-foto disana alhasil kami pun tidak jadi foto-foto disana karena malasnya menunggu bergantian untuk berfoto-foto, kalo saya bandingkan ya ga beda jauh sama Tugu di Jogja kalo malam hari, banyak kimcil-kimcil yang berfoto narsis tralala di Tugu, kurang lebihnya seperti itu lah kalo saya bisa membandingkan. Ya sudah akhirnya Broma merenggek kepada saya untuk minta difotokan berlatar belakang Monumen Bom Bali I. Sepertinya kami harus mengisi tenaga kami dengan makanan supaya kuat untuk berjalan-jalan sepanjang jalan Legian hingga Kuta. Kami pun bertanya kepada salah satu sekuriti klub malam untuk menanyakan warung masakan Jawa disekirar sini. “sebelah quiksilver ada gang masuk lurus terus belok kanan” begitu kata srikiti itu. Ternyata gang nya sueeempitt banget, pejalan kaki dengan motor yang lewat pun sudah sangat sempit, saya jadi membayangkan gimana kalo Broma dan Redo (teman kami yang juga bertubuh gemuk) berjalan berjajar di gang ini, pasti motor ga bisa lewat karena jalan sudah dipenuhi oleh tubuh mereka. Kami pun menelusuri gang tersebut dan yang ada hanya warung nasi goreng dan bakmi goreng, lhah yang lainnya mana?? Yasudah kami terus mengikuti gang sempit ini hingga sampai di perempatan, dan yang kami lihat juga hanya ada satu warung yaitu warung nasi sayur, pecel lele, dan ayam goreng. Mana masakan Jawanya?? yang ada hanya nasi goreng dan pecel lele, ayam goreng. padahal kami mau masakan khas Jawa. Oke mungkin Tuhan memberikan solusi terbaik buat kami. Kami pun memutuskan untuk makan di warung pecel lele dan ayam goreng ini. oke, kami memesan ayam goreng dan es teh.

Ayam Goreng dan Es Teh
Disana mata kami terbelalak karena pelayan di warung ini lumayan cantik dan bertubuh langsing dengan postur tubuh yang tinggi. Kita tidak salah pilih tempat makan guys!! Ternyata gadis ini adalah anak dari si pemilik warung ini. Harusnya dia bekerja sebagai pramugari kalo ga ya menjadi model sampul majalah dan berkecimpung di dunia modeling dengan tubuh yang seperti itu. Tidak masalah, dia juga senang bisa bekerja disini karena bisa bertemu cowo-cowo kece seperti kami di Bali ini. kami pun segera memesan ayam goreng. Saat makan, saya melihat Hangga mencoba merayu-rayu mbaknya dengan kata-kata gombalnya, basa-basi nya dengan alasan minta sambal, terus dia manggil dia lagi, kali ini basa-basi nya minta tambah nasi dengan disertai senyuman kecil nya (huekss) “dasar jablay” begitu kata Martin kepada Hangga. Saya pun makan dengan lahapnya sampai-sampai saya lupa kalo saya belum buang air besar seharian, dan saya sadar kalo belum pup seharian saat semua makanan telah masuk perut –wasallam. Ternyata tidak mahal-mahal amat dan masih sesuai dengan budget kami. Kami pun segera meninggalkan warung itu dengan disertai senyum gadis pelayan tadi.

Legian dengan gemerlapnya dunia malam, outlet-outlet fashion maupun butik yang harganya bikin orang emosi, klub malam dengan diiringi oleh musik DJ, seakan kita dimanjakan oleh kehidupan duniawi. Disepanjang jalan kami melewati beberapa klub dan café dengan di iringi oleh musik di setiap tempat. Nampaknya yang masuk kesana kebanyakan turis asing yang menikmati kehidupan malam Bali. Kami yang turis domestik cuma bisa melihat dari luar. Di depan klub dan café banyak wanita-wanita yang seksi, mengenakan hot pants dan baju yang menggoda iman dan si imin para kaum Adam, sedang menawarkan promo dari café tempat mereka bekerja. Kadang mereka juga bisa disewa oleh para lelaki hidung belang maupun bule-bule yang kesepian. Tidak semuanya cuma beberapa. Disetiap perjalanan saya dan yoshua melihat sisi lain dari kehidupan malam di jalan Legian ini. Ternyata di balik tembok-tembok yang kokoh berdiri di jalan Legian ini terdapat rumah-rumah pemukiman. Kami melihatnya saat disetiap kami melewati gang kecil masuk kedalam yang kami lihat adalah rumah warga yang berjejal sempit disana dibalik tembok bangsat ini. Mereka yang berada di balik tembok-tembok ini seakan dikucilkan dari kehidupannya. Karena mereka yang penduduk asli hanya bisa berdiam diri dirumah dan berada di balik tembok yang berlimpah dengan kesenangan dunaiawi. Mereka juga seperti domba yang di gembala oleh penguasa-penguasa berduit yang membangun this fuckin’ buiding. Mereka hanya disuruh untuk memuaskan dan melayani bule-bule yang mencari kesenangan disini karena kebutuhan mereka untuk mencari nafkah. Siang mereka tidur karena kecapaian dari malam hingga pagi bekerja untuk mereka para bule, malam mereka mulai mereka bekerja karena perintah dari majikan dan bos-bos mereka. Bagaimana mereka penduduk asli yang dinggal dbalik tembok ini bisa bersenang senang, kalo didepan mereka sudah dibangun café, klub malam dan sudah dikuasai oleh mereka yang diperuntukkan oleh kaum menengah keatas. Sungguh miris. Kami juga merasakan adanya diskriminasi, mereka yang menawarkan beberapa brosur yang berisi harga dan pelayanan yang bisa kita dapatkan dari café dan klub malam tersebut. Di saat bule maupun turis asing lewat didepan mereka, mereka langsung dengan semangatnya menawarkan pelayanan yang bisa didapat apabila kita masuk kedalam café ato klub mereka, sebaliknya disaat kami melewati para PR mereka memasang muka bête dan mereka diam tidak menawarkan brosurnya kepada kami. Begitu terus berkali kali kami melewati PR, kadang ada yang mencoba menawarkannya kepada kami tapi tampaknya mereka sudah tahu kalo kami bakalan lewat saja dan tidak masuk ke dalam klubnya. Kami bisa saja untuk masuk kesana (klub dan café) dan bersenang-senang menghabiskan uang kami layaknya orang-orang yang berada di dalam sana, tetapi buat apa toh seperti itu yang menghabiskan uang demi kesenangan sesaat. Kami punya kebutuhan yang lebih penting daripada hanya duduk, berjoget, minum dengan mengeluarkan uang dengan jumlah yang besar. Uang bisa kami manfaatkan untuk hal-hal yang penting buat perjalanan kami dan kebutuhan kami yang lain seperti makan minum sehari-hari, kadang bisa dipakai buat membantu teman kami yang kekurangan uang. Kurang lebih itulah seperti itulah yang saya dan Yoshua lihat dari sisi lain Legian dibalik mewahnya dan gemerlapnya dunia malam.

Tidak terasa kami pun sudah berjalan jauh dan tiba-tiba Oky memanggil saya dan Yoshua katanya ada yang penting. Setelah saya dan Yoshua menanyakan apa yang terjadi, ternyata Oky kebelet buang air besar akibat dari makan ayam goreng yang kebanyakan sehingga perlu untuk diseimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran. Haha ternyata Oky yang menjadi korban pertama “keluar disaat yang kurang tepat”. Oky meminta saya dan Yoshua untuk menemani mencari Toilet umum disepanjang jalan Legian. Ternyata tidak gampang lhoh mencari toilet umum di sepanjang jalan Legian, saya dan Yoshua berkali-kali bertanya kepada orang hasilnya tidak ada sama sekali toilet umum disini. Oky nampak semakin pucat menahan isi perutnya disertai dengan keringat dingin disaat dia dengar “wah ga ada toilet disini mas”. Saya dan Yoshua pun mempercepat langkah dan meninggalkan teman-teman kami yang sedang berjalan menikmati Legian. Gara-gara kami berjalan dengan cepat, ini membuat makanan di dalam perut saya menjadi cepat untuk turun ke dalam usus besar yang akhirnya menyebabkan saya juga kebelet buang air besar juga, sialan saya menjadi korban kedua setelah Oky. Kami sampai di ujung Legian dan kembali bertanya kepada salah seorang, akhirnya ada titik terang juga yang kata orang itu ada WC umum di Pasar Kota Kuta. Dengan tergesa-gesa kami mencari toilet itu dan tidak ketemu-ketemu sampai kita berjalan melewati pasar tersebut. Yoshua mencoba bertanya lagi dan katanya ada di Pasar tadi. Kami berjalan balik lagi ke pasar, saya melihat Oky tampak sudah tidak tahan lagi. Sampai di depan pasar, Yoshua bertanya lagi kepada penjual makanan. “toilet umum masuk gang habis warung itu”, kata orang itu. Akhirnya ketemu juga, ada tiga toilet disana dan untungnya toiletnya kosong semua. Oky langsung bergegas menuju toilet pertama dan saya menuju toilet kedua, sementara Yoshua menunggu kami. Alhamdulillah akhirnya bisa keluar juga setelah seharian mampet dan mengeras di dalam perut. Kebetulan tembok pemisah toilet kami bolong di bagian atasnya, saya dan Oky melakukan percakapan toilet, “pie cuy, metu kabeh ra ??”, kata ku. “wah lego tenan lee, asem datang disaat yang kurang tepat kie”, balas Oky.

Selesai dengan urusan kami berdua, kami bertiga berjalan kembali menyusul teman kami. Ternyata apa yang kita cari sebelumnya itu telah ada di depan mata kita, apa itu? ya, itu adalah warung masakan jawa. Setelah kami berjalan melewati pasar ternyata di seberangnya bejejer warung makan masakan jawa, disana komplit plit plit, ga  cuma itu saja ada juga nasi jingo yang murah meriah, yang berisi nasi, sesuwir telur dadar, sayur, sepotong tempe yang tipis, dengan sambal yang pedasnya bikin huh-hah. Di Jalan Kuta ini bisa disebut Wisata Kuliner nya Bali terutama disaat malam hari, apabila Anda kelaparan di malam hari dan isi dompet yang juga kurang bersahabat maka Anda bisa menikmati aneka macam kuliner di Jalan Kuta ini, ada soto ceker, aneka macam masakan nasi, nasi pecel, dll. Melihat dari banyaknya kuliner disini, makanan yang kami makan sebelumnya pun jadi sia-sia dan perut kembali menggelinjang. “Kenapa tadi kita ga kesini aja ya makannya” pikirku dalam hati, tapi siapa mau jalan kaki dari penginapan kami sampai jalan Kuta ini yang jaraknya kira-kira 4 km, disamping itu posisi kita juga sudah kelaparan. Oke! Next time kalo kami kembali lagi ke Bali dan mencari aneka kuliner maka disinilah tempatnya, kami tidak bakalan lupa.

Kami segera menyusul teman kami yang telah menunggu di Kuta Square. Jalan-jalan selanjutnya yaitu foto-foto malam di sekitar Kuta Square. Kuta Square merupakan tempat favorit untuk para shopaholic. Beraneka macam brand dan merk terkenal jadi satu disini, ada Quiksilver, Billabong, Giordano, Adidas, Sook, Volcom, dll dan tidak ketinggalan Matahari Departement Store. Buat low cost traveler kaya kami sih kayanya ga mungkin kami mau untuk beli barang-barang di Kuta Square ini karena harganya yang mahal dan tidak bisa ditawar (emang pasar bisa ditawar). Tidak masalah karena kami masih bisa mengabadikan moment kebersamaan kami di Kuta Square.


Solo Moslem Look di Bali
Agil kelihatan seperti Raja Minyak

Foto di depan Pantai Kuta
Ternyata rasa ingin tahu kami bagaimana kondisi Pantai Kuta di malam hari telah membawa kami ke destinasi jalan-jalan kami selanjutnya. Disepanjang perjalanan, kami melihat banyak sekali pemuda-pemuda yang berpakaian serba gelap, memakai sarung kotak-kotak hitam-putih yang di dominasi oleh warna hitam, memakai udeng berwarna hitam juga, dan memakai pakaian kemeja yang berwarna hitam juga. Mereka adalah para Pecalang atau para petugas keamanan adat Bali, tugas mereka adalah mengawasi, menjaga, dan mengamankan keadaan sekitar apabila ada upacara adat, jika malam hari para Pecalang ini bertugas untuk mengawasi dan mencari para wanita Bali yang pergi keluar dengan para Bule, bahkan keluar rumah sekalipun juga bakal di kejar oleh para Pecalang.

Foto dulu setelah antre lama
Tidak ada yang spesial di Pantai Kuta di malam hari, yang ada hanya suara musik para musisi jalanan dan suara-suara para wisatawan yang berfoto-foto di Pantai Kuta (kurang kerjaan). Tidak terasa waktu sudah larut malam dan kami bergegas pulang menuju ke penginapan, karena masih ada hari esok yang harus kami jelajah lagi di pulau Bali ini.  Tapi tidak lupa kami berfoto dulu di depan Hard Rock café Bali. Alhasil kami antri untuk bisa berfoto disana, kebanyakan yang berfoto disana adalah orang-orang yang tidak masuk kedalam café nya, seperti kami. Mereka hanya untuk bergaya dan mengupload foto mereka ke dalam social network, facebook, twitter, BBM supaya kelihatan gaul. Malam ini sepertinya cukup untuk jalan-jalan kami dan kami pun langsung kembali menuju penginapan. Sesampainya di penginapan, kami semua beristirahat dan mengisi waktu dengan bermain gitar dan bernyanyi. seperti biasa Martin dengan keahliannya bermain gitar dan diiringi oleh nyanyian mas Jared Loet alias mas Faiz, menyanyikan lagu 30 seconds to mars dan juga lagu full album Peterpan karena mas Faiz adalah salah satu "Sahabat Peterpan". Kami menyanyi bergantian sampai-sampai kami bosan dengan bernyanyi, bukannya bosan tapi kami juga sudah capek dengan suara kami dan capek mendengar suaranya mas Faiz. Kami pun segera mencari solusi untuk menghabiskan malam di penginapan ini. Aku rasa malam ini adalah malam yang sangat berkesan dan mempunyai cerita yang unik, penasaran?? tunggu kelanjutannya ya.. (bersambung)

9 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. tulisan yang menarik dibaca seakan pembaca ikut mengalami kejadian2 konyol nya...good
    btw saya bulan depan mau ke bali dan ketemu blog ini..mau tanya doonk...letak masakan jawa yang murah meriah itu dimana nya yah? di pasar kuta2 kah? terimakasih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mampir di blog saya dan membaca nya..

      iya, di pasar kuta banyak masakan Jawa. untuk harga relatif mas, saran saya kalo mau dapat yang murah bisa di eksplore di gang-gang sekitar pasar kuta.

      disana saya menemukan warung nasi goreng yang jual orang Malang. Murah banget, saking baiknya saya malah dikasih banyak gorengan buat cemilan.

      Delete
  4. baru blogwalking lagi nih...oh di pasar kuta yah...tapi pasar kuta itu dimana yah?
    hehehe..maklum belum ke bali..dan lusa ini mau kebali
    kalau dari jalan poppies lane arah pasar kuta kemana yah? atau ada koordinat google map nya gk mas...?
    terimakasih

    ReplyDelete
  5. http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/negara-ini-butuh-orang-gila-seperti-saya.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/cerita-sepasang-kekasih-begal-korbannya.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/cara-gampang-dapatkan-perut-sixpack.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/10-cara-bangkitkan-gairah-pasangan-saat.html

    CONTACT US :
    BBM : D1E0517C
    FB : Pelangi QQ Asia

    ReplyDelete
  6. http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/pelangiqq-keuntungan-pria-bila-sering.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/bayi-11-bulan-tewas-akibat-overdosis.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/syahrini-ngamuk-ngamuk-usai-liburan-di.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/saran-psk-agar-suami-tak-selingkuh.html


    Joint US
    * BBM:D1E0517C / 2B3F0E24
    * WHATSAPP:+6282143134682
    * LINE:PELANGIQQ
    * WECHAT:pelangiqq

    ReplyDelete