LOST IN BALI - Adrenalin, Maut, dan Rasa Kantuk
Pukul
23.30 WIB, kami segera menuju Bis yang bernama Bis Borobudur dan mengisi tempat
duduk yang masih kosong, kebetulan saya dapat tempat duduk di kursi paling
berlakang (apes). Saya melihat penumpang-penumpang lain yang berwajah entah
mereka sinis, marah, gething, anyel sama kami pokoknya wajah mereka sangat
tidak menunjukan rasa welcome kepada kami. Setelah terheran-heran, akhirnya
saya menyadari bahwa mereka para penumpang sebelum kami telah menunggu
berjam-jam (lebay), yaa bermenit-menit lahh.. menunggu kami ber sepuluh ditambah
lagi lima orang adik tingkat kami didalam Bis stuck disana tanpa adanya hiburan duduk berdempet-dempetan selama
berjam-jam (lebay), yaa sudah bermenit-menit, jangan ketawa!! Bisa dilihat bahwa kami
begitu datang dan sampai di depan pelabuhan Ketapang sudah standby Bis yang sedang ngetem
mencari sisa sisa penumpang untuk kursi yang masih kosong, berarti bis tadi
telah berhenti selama bermenit-menit, ditambah lagi menunggu kita mengisi
“amunisi” perjalanan serta menunggu Martin dengan urusan pribadinya diruangan
2x2m bermenit-menit lah menunggunya, masih ditambah lagi dengan negosiasi
dengan sopir dan kernet Bis makin lama lagi Bis menunggu, eits it isn’t over kami juga menunggu adik
tingkat kami empat orang yang sedang menyantap makanan di warung sebagai dinner mereka (yang satu sedang bernego
dengan kernet Bis) sebelum melanjutkan kembali perjalanan. Setelah semua
lengkap kami langsung naik ke dalam Bis setelah bis menunggu bermenit-menit
ditambah bermenit-menit ditambah lagi bermenit-menit. Bermenit-menit kalo
digabungkan menjadi berjam-jam bukan?? Who’s
win right now??
Kembali
lagi ke dalam Bis, jelas sudah bahwa kami penyabab kekesalan penumpang Bis,
mereka menunggu kami yang lama nya minta amplop eh ampun mempersiapkan
segala sesuatunya demi kondisi kantong kami yang harus kami hemat. Bismillah,
Bis kami bernangkat masuk menuju Pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke
Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Setelah Bis parkir dengan rapi kami bergegas menuju
ruang penumpang. Disana kami segera beribadah dan beristirahat, leyeh-leyeh,
tidur-tiduran membayar hutang tidur siangnya. Menariknya, diatas kapal Ferry
tempat kami menunggu ada hiburan kecil-kecilan layaknya Standup Comedy di tipi tipi ,tapi kali ini dengan versi yang berbeda. Standup Comedy di kapal ini versinya dikolaborasikan dengan
barang-barang yang akan dijualnya diruang punumpang ini, si Comic atau si Pembicara medemonstrasikan
berbagai macam barang yang tak lazim kita jumpai di toko toko umumnya. Barang
tersebut diperagakan satu persatu sambil dibumbui dengan cerita-cerita lucu,
gath*l, bahkan ndelog*k alhasil bisa menghibur para penumpang kapal ferry ini
bahkan kami tidak berhenti tertawa mendengar bacotan dari si pakdhe ini. What a entertaining story.
Selama
kurang lebih 60 menit kami terombang ambing arus selat, akhirnya kapal kami
berlabuh di dermaga Pelabuhan Gilimanuk. Pukul 00.30 WIB atau 01.30 WITA kami
landing di Pulau Bali. Begitu kami masuk kembali ke Bis kami, ternyata sudah
dipenuhi para calo-calo bajing*n yang menawarkan jasanya kapada penumpang. Jasa
tersebut adalah bagi yang memiliki KTP tetapi KTP tersebut sedah mati atau
sudah habis masa berlakunya, bahkan yang tidak mempunyai KTP, bisa diurus oleh
calo bajing*n ini. Berhubung Pemerintah Bali mengantisipasi pengunjung gelap
maka setiap pengunjung yang datang ke Pulau Bali diperiksa KTP nya di pintu
keluar Pelabuhan Gilimanuk ini. Kami tidak menggagas para calo tadi karena kami
sudah mempersiapkan segala sesuatu nya dengan matang. Setelah pemeriksaan
selesai Bis segera melanjutkan perjalanannya dan kami melanjutkan tidurnya.
Bis
berjalan dengan santai kami pun terkantuk-kantuk karena sejuknya angin
sepoi-sepoi dari jendela bis, jalan berkelok-kelok , pemandangan diluar nampak
sangat gelap sekali tanpa ada penerangan jalan, mungkin sedang melewati hutan
jadi apa yang dilihat hanyalah hitam dan cahaya kendaraan yang melintas
berpapasan dengan bis kami. Oke, saya pun mulai dikalahkan dengan rasa kantuk
dan mulai tepar tapi duduk tak lama
kemudian saya keturon zzzzz. Ditengah tidur saya, tiba-tiba bis
menerjang sesuatu entah itu lobang atau polisi tidur yang sangat tinggi sekali
dan membuat kursi paling belakang terpental sehingga kami pun yang duduk di
barisan kursi paling belakang ini ikut terpental. JDUK!! “jancuk!! Opo iku ndek
mau rek!!” kata ku kepada mas Faiz yang berada di sebelah kiri saya. “mbuh aku
yo ra ngerti” kata mas Faiz. Setelah merapikan dan memposisikan kursinya lagi
kami pun melanjutkan tidur. Baru sampai setengah perjalanan ke alam mimpi,
tiba-tiba bis mengulangi kejadian yang sama tetapi kali ini lebih hebat dari
yang pertama. Kursi barisan belakang dan kami terpelanting juga tas ransel saya
juga ikut terjatuh menimpa kepala saya (bajing*n). Saya melihat kedepan, tampak
pak sopir dengan santai nya mengemudikan bis ini tanpa dosa, tanpa
memperhatikan kondisi penumpang-penumpangnya. Rasa ngantuk saya pun hilang
karena was-was kejadian apa lagi yang menimpa Bis ndlog*k ini.
Ditengah-tengah
perjalanan, bis ini menjadi tidak seperti biasanya. Bis mendahului kendaraan
dengan teknik ngepot, goyang kanan
goyang kiri, tanpa menghiraukan marka jalan, bahkan tikungan belok ke kiri pun
masih nekat mendahului truk cargo besar dan panjang. Bis tiba-tiba sama seperti
Bis Sumber Kencono, bis ugal-ugalan, mendahului secara banting setir sana-sini,
rem mendadak, makin ndlog*k aja bis ini. Wah
iki supire wis kerasukan LEAK, pas supir nampak seperti kesetanan
seolah-olah dia kerasukan Leak Bali. Pak supir jadi keasikan seolah-olah dia
sedang memerankan adegan Fast Furious: Tokyo Drift saat balapan terakhir di
gunung. Jarak antara bis dengan mobil yang datang dari arah berlawanan
kira-kira 50 meter pun masih nekat menyalip truk didepannya dengan kecapatan
yang “dipaksakan” agar terlihat cepat, dan hal ini membuat tegang dan jantung
saya hampir copot. Setelah berhasil mendahului truk didepannya, pak sopir
langsung membanting setir kearah kiri dan whusss mobil dari arah berlawanan
langsung melintas di sisi kanan bis ini, tipis dan nyaris sekali. Kejadian
seperti ini tidak hanya sekali saja namun berkali-kali setiap bis ini
mendahului kendaraan yang menghalangi didepannya. Paling parah waktu itu, saya
diceritain sama si Oky karena dia duduk di barisan depan jadi dia bisa banyak
melihat sesuatu di depan dibanding saya yang duduk dibelakang. Kejadiannya
sama, bis mendahului truk didepannya di tikungan yang agak menanjak jalannya.
Si Oky melihat dengan mata kepalanya sendiri dengan jelas, saat itu bis hendak
berusaha mendahului kendaraan di depannya, dengan kecapatan dan akselerasi
penuh bis melaju kencang begitu jarak 2 meter dengan kendaraan didepannya bis
membanting setir ke kanan dan bersiap untuk mengganti gigi ke tingkat yang
lebih tinggi. Pada saat itu Oky melihat bahwa pak sopir sedang berusaha
mengganti perseneling bis dengan susah payah. Sekali dicoba masih belum masuk,
dua kali dicoba masih belum masuk juga, posisi
bis saat itu sedang berada di tengah-tengah tikungan, saya dan Oky ga
bisa membayangkan apa jadinya kalo tiba-tiba kendaraan datang dari arah
berlawanan dengan kecapatan yang drastis juga dan ciluk baa. We’re dead. Setelah berusaha memasukkan
perseneling yang keempat kalinya dengan sedikit paksaan dari sang supir,
perseneling pun berhasil masuk dan cepat-cepat menginjak gas pol, thuusss.. bis
melaju cepat, langsung membanting setir ke kiri dan whuuss truk dari arah
berlawanan muncul secara tiba-tiba. “bajing***nn… woo nek nganti ora iso
dilebokne tak balang kursi kowe pak!!” kata Oky dalam hati. Pak sopir ini
benar-benar cukup ndlog*k, dia berani menantang maut ditengah rasa ngantuk
penumpang. Untungnya banyak penumpang yang sudah tertidur pulas jadi banyak
yang ga tahu akan kejadian ngepot-ngepot seperti dalam serial kartun Initial D ini. Yah, cukup menguras
adrenalin kami di dalam Bis Borobudur ndlog*k ini. For my records, I won’t to take this bus anymore, saya kapok naik
bis ini, siapa coba orang yang mau menantang maut, mungkin ada segelintir orang
yang berani menantang maut dan senang dengan kejadian yang hampir membuat
metong, bagiku aku ga mau mati konyol dengan cara seperti itu, bagiku kurang
keren matinya. Haha.
Setelah tiga jam perjalanan dari Gilimanuk hingga
Terminal Ubung di Denpasar bis ini mengakhiri perjalanannya, waktu itu waktu
menunjukan pukul 05.10 WIB berarti di Bali pukul 06.10 WITA, kami bergegas
turun dan langsung disambut dengan sambutan yang bikin pusing, kami masih
mengumpulkan nyawa dari perjalanan ndlog*k ini ga tau nya sudah banyak tawaran
dari si supir angkot yang siap dicarter untuk mengantar kami ke tujuan
selanjutnya. Jadi bingunglah kita memilih angkot yang paling murah. Eits,
bagaimana kabar si Hangga, Lala, dan Agil dengan perjalanan Bis nya?? Si Rio
mencoba sms mereka “posisi dimana mas bero??” tak lama kemudian si Hangga yang
duluan membalas menjawab “saya lagi di selat”, it mean mereka baru menyebrang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Oke, ga
perlu berlama-lama kami sudah bernegoisasi dengan salah satu pemilik angkot dan
deal mengantar kami ber lima belas
dengan menggunakan dua angkot menuju Kuta tepatnya di Poppies Lane untuk selanjutnya hunting penginapan yang cocok buat
kantong backpacker. (bersambung)
0 comments: