LOST IN BALI - Ribetnya Cari Penginapan

Sinar mentari pagi pun menyinari Kota Denpasar, orang-orang sibuk berangkat untuk bekerja, pergi ke sekolah karena pada saat itu hari Senin, lalu lintas tidak jauh berbeda dengan Kota Surakarta, ramai di saat jam-jam berangkat sekolah bagi yang pelajar, berangkat ke kantor bagi yang sudah bekerja, banyak motor berseliweran, kadang terlihat bule memakai celana hot pants melintas di samping angkot kami, mata kami langsung tertuju pada si bule dan mendadak rasa ngantuk hilang, dan ternyata bule tersebut adalah laki-laki -.- kami langsung mengantuk lagi. Yaiyalah, kami ngantuk lagi secara bule laki-laki, coba kalo bule itu mirip sama Katy Perry ato Sasha Grey langsung melek dong dan kalo bisa kami berkenalan dan selanjutnya.. silakan anda berimajinasi sendiri.

Di perjalanan saya menyempatkan untuk bertanya kepada pak supir angkot yang bernama Bli Bayu ini untuk mencari tahu bagaimana mencari transportasi dari Kuta ke Terminal Ubung untuk perjalanan pulangnya nanti. Ternyata tidak ada angkutan lain selain naik Taksi dan angkot, kalo naik angkot pun dikenai biaya charter seharian, tidak berlaku tarif  umum karena tidak ada jalur akses angkot yang melewati Jl. Legian.  Setelah sepik-sepik, Bli ini mau untuk menjemput kami mengantar ke Terminal Ubung selain itu kami juga bertanya mengenai informasi penginapan yang murah di Poppies Lane, dan Bli Bayu merekomendasikan untuk menginap di Losmen Bali Manik, katanya disana satu kamar dihargai 70rb sampai 100rb per hari, oke, saya dapat satu info, langsung saya catat ke buku daftar penginapan yang telah saya kumpulkan dari situs kaskus. Alhamdulillah setelah 15 menit perjalanan dari Terminal Ubung kami sampai di jalan legian dan kami pun diturunkan di depan Monumen  Bom Bali I. Kami disuruh jalan di gang samping outlet Billabong yang menjadi lokasi syuting film Kirun dan Adul, “nanti disana banyak penginapan murah, ikuti jalan aja dik”, kata si Bli Bayu. “lhoh, bapak ga nganter sampai depan penginapan??” kataku. “NDASMU!! dalane cilik, sempit ra cukup angkot mlebu kono!!” jawab Bli nya. “younckrouww cakk..”, jawabku -.-

Gang Poppies ini berjajar berbagai macam losmen, home stay, guest house, toko  souvenir, café, warung makan, salon and spa, pembuatan tattoo, penjualan dan persewaan papan surfing, dan tidak mau ketinggalan tempat massage (pijat) entah itu pijat biasa, pijat ++ atau pijat+++ saat itu saya belum dapat info mengenai itu. Hahaha. Sepanjang jalan kami juga sempatkan untuk bertanya mengenai lokasi penginapan yang bernama Bali Manik. Saya penasaran seperti apa bentuk penginapan itu, “tinggal lurus aja mas, nanti ada pertigaan belok kanan”, kata orang yang baru menempatkan sesajen di jalan. Kami bergegas dengan semangat namun hasilnya nihil kami masih belum menemukan tempat yang kami cari. Padahal saya sendiri juga sudah membawa peta Bali tapi kenapa saya ga bisa menemukan ya, apa karena salah membaca arah mata angin?? Juh, kalo saja hape ku bisa pake GPS pasti langsung ketemu tuh penginapan. 

Kami pun bertanya kepada salah satu orang kebetulan dia berada di depan penginapan Arthawan. Tampangnya sangar seperti perawakan grup band S.I.D., tubuh dipenuhi dengan tattoo, kuping lidah di tancapi besi. “mau cari penginapan mas?!” kata orang itu. “ho.o mas” dengan suara khas Jowone. “disini sudah penuh mas” jawabnya. Saya pun bertanya, “kalo hotel Bali Manik itu sebelah mana ya mas??. “ooo Balik Manik, ikut saya aja mas”, kata Bli nya. Bli nya langsung menancap gas sepeda motor dan kami pun ditinggal. Lohh piye to iki kok malah ditinggal, ternyata Bli itu menunggu di pertigaan dan kami pun segera mengikutinya, setelah kami menyusul Bli tadi langsung menancap gas motornya ke tempat penginapan dan akhirnya si Bali Manik itu ketemu juga. Penginapannya lumayan bagus, nyaman, dan banyak bule-bule berseliweran. Di seberang jalan ada café steak yang masih tutup dan masih di sapu oleh perempuan yang ehmm maknyuuss. Bodi nya putih mulus, memakai dress yang panjangnya hanya sampai paha saja. Menyapu sampai menunduk-nunduk sehingga belahan dadanya kelihatan. Aseekkk. Just Another Day in Paradise.

Lupakan gadis tadi, disini mulai timbuh masalah bagi kami. Waduh ternyata bli ini adalah seorang calo penginapan, dia mendahului kami sampai di penginapan Bali Manik dan segera bernegoisasi dengan pemilik penginapan Bali Manik agar si calo ini dapat komisi dari pemilik penginapan tersebut. Dan itu terbukti bahwa kami diberitahu kalo Bali Manik ini per malamnya 150 rb (tidak sesuai dengan kata Bli Bayu –sopir angkot) dan hanya boleh diisi dua orang per kamar, bayangkan saja kami ber sepuluh masa mau menyewa 5 kamar, bisa tekor donk kita, belum lagi 3 orang teman kami yang masih dalam perjalanan ke Denpasar naik Bis, total 13 orang. Dan kalo di isi 3 orang per kamar maka harganya menjadi 200 rb per malam. What The Hell. Kok bisa ya kami apes gini, aku pikir Bli ini mau menolong kami dan ternyata malah diluar ekspektasi saya dan membuat masalah bagi kami. Saya paling benci sama calo-calo, baik calo tiket, calo bis, calo penginapan, dll, ashh gathel. mereka tidak peduli dengan kondisi kami yang telah menggembel gini, mau nya dia hanya mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga banyak memperoleh uang dari hasil rayuan bajing*nnya. Ingin rasanya saya menampol Bli ini tapi apalah daya saya kurus dan keriting mana menang melawan Bli ini yang berotot dan bertatto, bukannya saya takut ato apa, saya bisa saja mengeluarkan Kung Fu saya, saya ga mau liburan saya jadi berantakan dan berakhir babak bundas di Rumah Sakit. Slee.

Dan akhirnya kami stuck terduduk lesu, terdiam, mencari jalan keluar dan segera mencari penginapan karena kami sudah capek, bodi lengket-lengket pengen mandi, pengen klekaran di kasur. Saya dan yosua pun mencoba menelpon satu persatu catatan kumpulan penginapan yang saya susun, sementara itu si Rio dan Faiz sepik-sepik dulu dengan Bli –sebut saja namanya Bligathel siapa tahu Bligathel ini mau menurunkan harga yang ditawarkannya. Untungnya si Yosua masih punya banyak pulsa telepon, saya?? Cuma ada pulsa sms, hehe, hemat beb. Setelah beberapa kali menelpon ternyata penginapan yang saya tulis tadi, harga per malamnya rata-rata memasang tariff 150 rb per malam. Pikir saya apa hari ini masuk high season ya?? Kok semuanya mahal-mahal. Ga disangka ternyata ada yang lebih murah dari penginapan-penginapan yang telah di telpon Yosua, nama penginapan itu Ius Edith Bungalows. Kata front desk nya tarif nya 135 per malam. Oke, saya dan yosua diam-diam segara menuju lokasi pnginapan tersebut tanpa sepengetahuan Bligathel itu. Saya bersama Yosua mencarai alamat penginapan tersebut dan hasilnya lagi-lagi nihil.  Yosua menelpon penginapan itu lagi dan ternyata nama penginapannya telah diganti menjadi Dominic tidak Ius Edith Bungalows lagi. Tengil banget kan, dan hal yang paling mengejutkan lagi adalah si yosua ngomong kalo penginapan Ius Edith Bungalows tadi tarif nya tidak lagi 135rb per malam tetapi 170rb per malam. Basi banget kan!! Sumpah saya pada saat itu emosi banget. Yahh.. beginilah kira-kira kalo jadi beckpacker tidak semudah apa yang dibayangkan, di permainkan sana-sini, asumsi si Yosua bahwa tadi saat dia menelpon pertama, telepon yang diangkatnya mungkin si pemilik penginapan, saat si Yosua menelpon lagi untuk yang kedua kalinya yang mengangkat telepon tadi adalah calo yang sudah siap untuk menguras uang kami bukan pemilik penginapan. Basi tau ga!! Saya dan yosua kembali ke Bali Manik, setelah sampai teranyata si Rio dapat info dari Bligathel kalo ada penginapan lain yang lebih murah dari Bali Manik. Ga perlu berlama-lama saya dan yosua lagi-lagi mencari pnginapan yang disarankan sama Bligathel itu. Kami berjalan bolak-balik, wira-wiri, kesana-kemari sambil bertanya-tanya penginapan yang murah dan ternyata pada saat kami berjalan mencari penginapan, kami melihat dari kejauhan Bligathel itu sudah stand by di depan salah satu penginapan, “kae lak si Bligatehl to fan??” Tanya yosua. “ho’o ig” jawabku. “waa.. lon*e, mesti wis dikepruk ki regone” imbuh yosua. Kami langsung berputar arah, balik badan dan jangan sampai Bligathel tadi melihat kami. Akhirnya kami mencoba untuk bertanya lagi di penginapan Arthawan, yang kata Bligathel tadi penginapan ini telah penuh, siapa tahu penginapan Arthawan ini masih ada kamar kosong. Kami pun masuk dan tanya sama mas-mas yang ada di receptionist. Tenyata si Bligathel tadi berbohong, Arthawan ini masih ada banyak kamar kosong dan harga per malam nya 120rb. Langsung yosua menelpon teman kami yang menunggu di depan Bali Manik agar segera kemari dan check ini. Setelah datang semua, saya bertanya lagi untuk check in dan gue shock, ternyata cuma ada 2 kamar kosong. Ini gimana sih mas-mas kasih infonya kok ga bener alias mencla-mencle, tadi katanya banyak kamar kosong dan sekarang saat mau check in tinggal 2 kamar. Nduljibat banget mas-masnya. Kami stuck lagi duduk lesu dan lemas. Kami pikir mencari penginapan itu gampang, dalam satu gang banyak kanan-kiri, berjejer penginapan, tidak ada calo, jadi kita tinggal masuk-tanya harga-kalo ga cocok keluar dan mencari lagi di penginapan sebelahnya, begitu terus sebaliknya, dan ternyata semua itu tidak sesuai apa yang ada di pikiran kami. Gang banyak toko-toko, jadi penginapannya agak tersebar, dan bahkan ada yang berada di gang sempiiitt banget, letak penginapannya terpencil di balik café dan toko souvenir. Rempong banget deh ini nyari penginapan.

Dan disaat keputusasaan kami, datanglah seseorang yang hendak mengambil motor dari penginapan Arthawan. Langsung rio bertanya kepada bapak-bapak itu untuk mencari info penginapan yang murah. Ternyata ada penginapan yang murah, rio langsung mengikuti bapak-bapak itu sementara kami menunggu di depan Arthawan. Capek juga menunggu sambil membawa tas-tas ransel kami, bahkan si broma dan yosua membawa carrier (tas gunung) yang berisi 70-80 liter. Akhirnya rio mengabari kalo penginapan dari bapak-bapak nya cocok dengan kondisi kami. Nama penginapannya Bali Dwipa guest house, dengan wajah yang kumal, layaknya gembel, kami berjalan menuju penginapan tersebut, ternyata penginapan itu bersebelahan dengan Bali Manik, jalan kesana kemari ga tau nya ada penginapan yang lebih baik dari pada Bali Manik dan Arthawan. Oiyaa.. untungnya di penginapan yang terakhir ini tidak diketahui oleh Bligathel tadi jadi si rio bisa sepik-sepik dengan pemilik penginapannya langsung tanpa didahului sama Bligathel. Alhasil harganya pun juga sama 150rb per malam. Yaelaa 150rb lagi, ga ada apa yang kurang dari itu?? Paling ga ya 50rb ato 70rb per malem. Eits, ternyata 150rb ini sudah dapat sarapan ato breakfast, perkamar bisa diisi 4 orang bahkan lebih. Yahh. Itung-itung cukup murah kalo perkamar bisa 4 orang bahkan lebih dan dapat sarapan. Langsung kami dipersilahkan untuk melihat kamar yang ingin dipakai. Dan ga perlu berlama-lama karena kami sudah capek, kmai memutuskan untuk menginap di penginapan ini, langusung saya mengurus administrasinya. Finally, kami dapat juga panginapan yang agak mahal tapi sebanding. Bapak-bapak tadi adalah malaikat penyelamat kami, coba kalo tidak ada bapak-bapak itu kami sudah tidur di emperan toko, dan dengan terpaksa kami membayar calo untuk sebuah penginapan.

Anyway, Kami pun langsung menaruh tas ransel kami dan langsung menempati kasur-kasur yang empuk. Lega rasanya setelah berputar-putar mencari penginapan, akhirnya terbayar sudah rasa lelah dengan berbaring di kasur yang empuk. Saya langsung menaruh tas ransel saya dan segera mengambil secangkir kopi hangat yang kebetulan kami check in jam 9 pagi jadi kami bisa dapat breakfast walaupun hanya secangkir kopi dan teh –Alhamdulillah. (bersambung)

1 comment:

  1. Ingin penginapan Bali u/rame2.... bisa untuk 10 orang gan... IDR 750.000/hari.. Fasilitas : 3 bedroom, 2 bathroom, kitchen, diningrm, livingrm, ac, tv, waterheater, garasi, extrabed... http://yayukera.blogspot.com

    ReplyDelete